Selasa, 09 November 2010

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS PERTANIAN TERPADU
A.    PENDAHULUAN
Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Peran sektor pertanian di samping sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja tidak terdidik, tidak memiliki ketrampilan dan pemerataan pendapatan yang tidak merata. Kondisi ini sehingga bargaining power yang dimiliki oleh para petani kita sangat lemah, sehingga nilai jual dari produk juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ini.
Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub-sistem, yaitu:
1.      Subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian.
2.      Subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu.
3.      Subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas pertanian.
4.      Subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi, dan lain-lain.
Pengembangan agribisnis berbasis pertanian terpadu harus mencakup perpaduan antara beberapa sektor dibawah ini:
1)        Sektor usaha pertanian tanaman pangan.
2)        Sektor usaha pertanian hortikultura.
3)        Sektor usaha perkebunan.
4)        Sektor usaha peternakan.
5)        Sektor usaha perikanan darat.
6)        Sektor usaha perikanan laut.
7)        Sektor usaha agrowisata.
8)        Kawasan hutan wisata konservasi alam.
Berusaha tani secara terpadu dalam usaha tani terpadu ini adalah bertanam dan beternak sudah banyak dilakukan oleh beberapa petani dan dapat menambah pendapatan petani. Bertanam padi untuk kebutuhan pangan sisa jerami untuk pakan ternak, sedangkan limbah ternak sebagai bahan pupuk organik fine compost. Upaya pengembangan agribisnis berbasis pertanian terpadu itu sendiri mencakup beberapa aspek antara lain harus memperhatikan aspek kelembagan kelompok tani, metode penyuluhan pertanian, dan program-program yang diselenggarakan oleh pemerintah yang menyangkut pertanian terpadu. Kelembagaan kelompok tani berperan sebagai membina kelompok tani sebagai time work, metode penyuluhan berperan sebagai mengoptimalkan pertemuan kelompok tani sebagai wadah penyampaian informasi dengan media ceramah dan diskusi (Sudar, 2009).
















B.     PEMBAHASAN
Berdasarkan pengertian pertanian di atas, terlihat bahwa pertanian merupakan suatu ilmu dan produk dari suatu komoditi dengan cakupan yang sangat luas.  Selanjutnya memandang cakupannya yang demikian maka pengembangan ilmu-ilmu pertanian tidak dapat berdiri sendiri.  Mereka harus dipadukan sehingga dihasilkan suatu teknologi yang mampu menyediakan pangan bagi bangsa ini secara berkelanjutan (sustainable).  Dengan demikian pada gilirannya nanti teknologi yang dihasilkan tidak lagi terkungkung pada satu bidang ilmu saja, tetapi sudah merupakan teknologi frontier.  Oleh karena itu ditinjau dari ilmu-ilmu yang membangunnya ilmu pertanian yang harus dikembangkan adalah ilmu pertanian terpadu (Anonima, 2010).
Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan agribisnis berbasis pertanian terpadu. Penurunan produksi pertanian dan pendapatan petani yang relatif rendah disebabkan beberapa hal, diantaranya sebgai berikut:
1.      Semakin meluasnya alih fungsi lahan, lahan produktif menjadi lahan pemukiman, dan digunakan untuk pabrik, alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian.
2.      Tanah semakin jenuh atas penggunaan bahan kimia sintesis khususnya pupuk kimia dan pestisida kimia sintesis yang berlebihan.
3.      Biaya usaha tani yang semakin mahal dan semakin sulit tenaga kerja pertanian. Kenaikan harga BBM mengakibatkan naiknya ongkos angkut sehingga terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi yang disebabkan oleh spekulan.
4.      Adanya serangan OPT (Organisme Penggangu Tanaman) yang selalu timbul di daerah kronis endemis.
5.      Curah hujan tang tidak menentu, semakin menurunnya jumlah dan hari hujan per tahun sehingga membuat pengurangan dan penundaan masa tanam.
6.      Pemakaian pupuk berimbang kian menurun dan semakin maraknya beredar pupuk alternatif yang tidak jelas kandungannya.
7.      Kelompok tani antusias terhadap program dombanisasi tetapi tidak diimbangi dengan kesiapan teknis dan sarana prasarana kandang yang memenuhi syarat.
Upaya pemecahan masalah untuk meningkatkan pertanian terpadu :
1.      Mensosialisasikan agar petani mengubah pola tanam dari padi-padi- padi menjadi padi-padi-polowijo.
DSC01421
Gambar
Sektor usaha pertanian tanaman pangan
Hal ini untuk memutus mata rantai makanan dari OPT dan menjaga kesinambungan unsur hara dalam tanah. Pengelolaan lahan (tanah) harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya lahan, dan sebaiknya diarahkan pada perbaikan struktur fisik, komposisi kimia, dan aktivitas biota tanah yang optimum bagi tanaman. Pergiliran tanaman tersebut juga berfungsi untuk mengembalikan kondisi tanah yang kekurangan unsur hara pada waktu ditanami padi.
Penanaman polowijo maka unsur-unsur hara yang hilang dapat diperbaiki dan ditambahkan oleh tanaman-tanaman polowijo tersebut. Rotasi tanaman dengan jenis lain yaitu dengan tanaman keras, sods, atau alfalfa yang dapat membantu memegang tanah dan meningkatkan laju infiltrasi air, sehingga mengurangi run-off ketika bidang dimasukkan kembali ke tanaman tahunan. Melalui sistem tersebut diharapkan akan terbentuk agroekosistem yang stabil dengan masukan dari luar yang minimum, tetapi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tanpa menurunkan kualitas lingkungan.
2.      Program pemerintah yang mendukung pertanian terpadu
Peningkatan kemampuan petani melalui penyuluhan, pelatihan dan magang dan mendorong kelompok tani untuk menyiapkan kandang ternak sesuai ketentuan teknis. Pengembangan dalam kawasan terpadu, di harapkan mampu menjadi sentra produksi pertanian, peternakan, perikanan dan menjadi tujuan wisata agrobisnis, dengan demikian mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DSC01393
Gambar Penyuluhan dan Pelatihan kepada Petani
Bidang garap sektor pertanian tanaman pangan yang dikelola kebanyakan antara lain padi, jagung, kedelai, padi hitam, cabe, tomat, terong, bawang merah, ketimun dan kacang panjang. Pembenihan antara lain : cabe, tomat, padi. Untuk bidang garap di sektor perkebunan : pisang (raja, ambon dan kepok kuning) serta buah-buahan lainnya. Di bidang peternakan seperti : ternak sapi, kambing, itik dan ayam buras. Untuk bidang garap perikanan : nila, bawal air tawar dan lele. Sedangkan untuk bidang garap agro seperti : jamur merang. Selanjutnya limbah ternak dan limbah jamur diolah menjadi kompos. Pupuk organik hasil olahan sendiri kemudian dijual pada kelompok lain untuk digunakan di lahan pertanian.
DSC09946
Gambar Hasil Pengolahan Pupuk
Untuk mendukung pelaksanaan keseluruhan program, maka perlu membentuk lembaga pendukung yakni LKM A PUAP. Selain program PUAP, pemerintah mempunyai program lain diantaranya program GPAT. Program GPAT tersebut adalah memperkuat struktur ekonomi masyarakat melalui pengembangan usaha agribisnis dan memperluas kesempatan kerja dengan strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis pertanian dalam arti luas.

DSC00017DSC00267Rev
Gambar Sektor usaha peternakan
Untuk mencapai sasaran tersebut dilaksanakan melalui program peningkatan produksi pertanian. Adapun kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kaji terap macam pupuk organik terhadap padi, jagung, kedelai, dan kajiterap varietas baru.
2.      Peningkatan kesehatan masyarakat veterinair dan hewan.
3.      Pengembangan ternak besar, kecil dan unggas.
4.      Peningkatan pasca panen.
5.      Demonstrasi ploting tanaman pangan dan hortikultura.
6.      Pengembangan tanaman bambu
7.      Akselerasi penerapan teknologi pengolahan dan pemasaran atsiri
8.      Bina teknologi pengolahan hasil tanaman rempah dan obat
3.      Memperketat Ijin peruntukan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian.
4.      Penyediaan sarana pengendalian OPT.
Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara diantaranya dengan menggunakan cara mekanis ( mencari dan membunuh langsung hama), dengan musuh alami, dengan pencahayaan (taktik fisis), dengan kultur teknis (menanam tanaman dengan baik dan benar), penanaman tanaman tahan hama, dengan senyawa kimia untuk menarik serangga, dengan pestisida. Untuk pertanian terpadu, pestisida yang digunakan berasal dari bahan alami sehingga tidak mencemari lingkungan.
IMG_0208Rev
      Gambar Pembuatan Pestisida Hayati
Bahan kimia yang dapat membunuh serangga yang diperoleh dari ekstrak tanaman seperti tembakau dan akar tuba merupakan bahan yang sudah dikenal sejak lama sebagai pembunuh serangga. Tanaman yang digunakan untuk mengendalikan wereng hijau (insektisidanabati) antara lain nimba dan smbilata (Maniappan and Saxena, 1983; Widiarta et al, 1997).
5.      Pemantauan penyaluran pupuk dan pemberian rekomendasi pembelian pupuk bersubsidi kepada kelompok tani.
Hal ini berguna bagi petani karena dengan penyaluran dan pembelian pupuk ini dapat meningkatkan usaha pertanian dan dapat mencukupi bahan pakan ternak dan tidak harus membeli dari luar. Dapat mengifisienkan pengeluaran usahatani berbasis pertanian terpadu, out put yang dihasilkan tidak terbuang percuma dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak dalam usahatani.





















C.    KESIMPULAN
Sistem Pertanian terpadu dimaksudkan sebagai alih fungsi lahan yang sebelumnya tidak termanfaatkan menjadi lahan yang dapat menghasilkan suatu produk atau menjadi lahan produktif sekaligus berfungsi sebagai perlindungan lingkungan. Program-program pemerintah ini diharapkan bisa mempercepat kemandirian masyarakat menuju kesejahteraan yang lebih baik, khususnya di sektor pertanian. Dengan kata lain sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness), subsistem usahatani (on-farm agribusiness), subsistem agribisnis pengolahan (down stream agribusiness), subsistem pemasaran dan subsistem penunjang termasuk sarana, prasarana, jasa dan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis. Pertanian berkelanjutan diharapkan menjadi pertanian yang lebih hemat energi, mempertahankan keanekaragaman hayati pertanian serta mampu mencapai produksi optimum melalui diversifikasi produk meski dalam lahan yang semakin  terbatas.














DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2010. http://tumoutou.net/702_04212/r_umar_hs.htm. Diakses pada Kamis, 20 Mei 2010 pukul 14.30 WIB
Maniappan, V. And R. C. Saxena. 1983. Effect of Custard-apple Oil and Neem Oil on Survival of Nephotetrix virescens. J. Econ Entomol, 76 : 573-576
Sudar. 2009. Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian Desa Gringging Kecamatan Sambungmacan. Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Sragen.