KEDAI DIGITAL HIMPUN LABA DARI BISNIS NARSIS
Kedai digital merupakan peluang usaha yang tercipta oleh pengalaman pribadi Saptuari Sugiharjo. Pria kelahiran Yogyakarta, 8 september 1978 ini berpikiran memulai usahanya setelah melihat pengunjung pada acara pentas musik tahun 2005 yang sedang berebut cinderamata berupa pin, foto dari salah seorang artis ternama ibukota. Dari sinilah, Saptuari berpikiran untuk berbisnis merchandise. Saptuari berpikir, bukan hal yang mudah untuk memulai berbisnis. Modal merupakan hal yang berat bagi Saptuari Sugiharto untuk memulai usahanya dikarenakan hidupnya yag pas-pasan. Saptuari bukanlah anak orang kaya, ibunya hanya seorang pedagang di pasar kembang dan ayahnya sudah meninggal sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai seorang anak yatim dan bukanlah dari golongan keluarga berada membuat Saptuari semakin bersemangat mencari penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Berbagai jenis usaha dan pekerjaan telah Saptuari jalani untuk mencukupi keuangannya, mulai dari penjaga koperasi mahasiswa, marketing radio, penjaga event organizer (EO), berjualan celana, pemasok stiker, berjualan pulsa, dan berjualan ayam. Setelah semua yang ia lakoni, akhirnya lulusan S1 Geografi Universitas Gajah Mada ini memberanikan diri untuk meminjam modal dari bank sebesar Rp 28.000.000,- pada bulan maret 2005. Peminjaman uang sebesar Rp 28.000.000,- tersebut digunakan untuk mendirikan kedai digital. Uang tersebut diperoleh dari menguras tabungan pribadi Saptuari dan meminjam ke bank dengan menjaminkan surat kepemilikan motor miliknya dan sebuah sertifikat rumah milik ibunya.
Kedai digital pertama didirikan di kawasan Demangan, Yogyakarta seluas 2x7 meter. Pada awalnya, kedai digital ini hanya memproduksi mug, pin, dan kaos yang dicetak ekslusif dengan foto diri pemesan yang terpampang didalamnya. Seiring berjalannya waktu, saat ini kedai digital dapat mencetak pas foto, gambar benda, nama, dan tulisan di atas pin, mug, jam, kaos, piring, mause pad, serta gantungan kunci.
Memulai usaha kedai digital bukanlah yang mudah bagi Saptuari. Penjualan bulan pertama pada masa awal dibuka, Saptuari hanya dapat menjual 10 buah mug dikedainya. Tanpa pentang menyerah, Saptuari kemudian terus berusaha mempromosikan merchandisenya kepada masyarakat terutama kaum pelajar. Selain kendala dalam penjualan, pada saat terjadi gempa di Yogyakarta, kedai digital miliknya juga ikut mengalami kerusakan. Bangunan kedai digital sebagian ada yang rusak dan harus direnovasi. Melihat kejadian-kejadian tersebut, Saptuari semakin optimis bahwa pasti aakan ada jalan dari suatu masalah dan musibah.
Bisnis yang dijalani Saptuari bukan tanpa hambatan. Bahan baku merupakan kendala utama, dikarenakan masih didatangkan dari Bandung dan Jakarta yang seringkali tersendat dalam distribusi dan apsokannya. Selain itu, bisnis merchandise pribadi rawan akan komplain dari pelanggan. Gencarnya promosi yang dilakukan Saptuari membuat kedai digital lama-kelamaan semakin dikenal di kalangan masyarakat. Kedai digital memang sengaja membidik kalangan pelajar sebagai konsumen utama karena konsep utama dari kedai digital ini yaitu siapa saja boleh narsis dan tempat untuk mencurahkan narsis yang bersifat positif ada di kedai digital.
Konsep kedai digital yang unik ini yaitu mengelola narsis menjadi bisnis sudah berbuah manis. Tahun kedua, Saptuari sudah memiliki 6 cabang kedai dan mulai membuka mitra pada khalayak umum yang ingin membuka usaha bersama kedai digital. Omset yang didapat dari tiap kedai cabang yang dimilikinya berkisar antara Rp 10.000.000,- sampai Rp 40.000.000,- tiap bulannya. Hingga tahun 2010 ini sudah puluhan cabang yang didirikan oleh Saptuari bersama mitra-mitranya. Kebanyakan karyawan kedai digital merupakan mahasiswa yang mencari kerja sambilan
Mendirikan kedai digital dengan konsep bermitra ini mempunyai 3 model. Saptuari menawarkan tiga model yang pertama yaitu dengan investasi Rp 50.000.000,- maka mitra akan mendapatkan seperangkat mesin cetak digital, bahan baku, dan pendampingan operasional kedai digital. Setiap bulannya mitra diwajibkan menyetor 2,5% dari omset yang didapatkannya kepada kantor digital pusat. Model yang kedua yaitu dengan investasi Rp 20.000.000,- maka mitra akan mendapatkan alat produksi dan bahan baku dari kedai digital pusat. Model kedua ini, mitra harus melabeli bendera usahanya sendiri dan tidak mendapatkan pendampingan operasional. Model yang ketiga dengan investasi Rp 35.000.000,- yang merupakan kedai digital khusus kaos. Berbagai model dan sistem menjalin kemitraan seperti ini, Saptuari sudah dapat memperkerjakan 210 karyawan dan menghasilkan omset sebesar 8 miliar rupiah. Hingga kini, tingkat kehidupan ekonomi sosial Saptuari terus meningkat baik.
Bagi Saptuari, omset yang ia terima tidak menjadi perhatian utama. Hal yang menjadi perhatian utamanya adalah memutar modal yang hampir 100% adalah pinjaman dari bank. Melihat bisnisnya terus tumbuh dan berkembang sehingga dapat mengurangi beban pengangguran, merupakan suatu kebanggaan bagi Saptuari. Kebanggaan tersebut dikarenakan sesuai dengan tujuan dan prinsipnya bahwa bisnis itu untuk ibadah. Banyak kalangan yang menilai bahwa Saptuari menjadi wirausaha muda yang sukses atas kegigihan dan keuletannya sehingga apa yang menjadi tujuannya sekarang tercapai.
INTISARI
Banyak hal yang dapat dipelajari dari perjalanan hidup dan perjalanan bisnis Saptuari Sugiharto yang saat ini menjadi Duta Wirausaha Muda Mandiri. Pertama, melatih jiwa kewirausahaan sedini mungkin dan mempergunakan masa-masa muda untuk menggali sebanyak mungkin peluang bisnis. Kedua, berpikir bahwa selalu ada celah bisnis atau pasar yang sempit yang dapat digarap serius dan memiliki kesempatan untuk berkembang seperti bisnis lainnya. Ketiga, untuk memenangkan persaingan harus menjaga kualitas produk dan pelayanan yang baik. keempat, untuk memulai usaha haruslah mengamati, meniru, dan memodifikasi serta menjalankan bisnis dengan pendekatan spiritual dan profesional. Keuntungan bukan merupakan hal yang utama tetapi kepercayaan pelanggan merupakan hal yang paling penting yang harus dijaga.